Selasa, 14 September 2010

OPEN (CLOSED) HOUSE

Di Indonesia, Open House , selain tradisi mudik dan Halal Bi Halal, menjadi trend saat lebaran. Dalam kebiasaan Arab Jahiliyah dikenal Halal Bi Halal kemudian diperbaharui setelah datangnya Islam.
Open House ala Indonesia, kesannya lebih esklusif dan selalu identik dengan kegiatan tahunan pemimpin pemerintahan atau pejabat. Dan penyebutannya lebih keren dan menginternasional ketimbang Halal Bi Halal atau Silaturrahmi.

Yang menjadikan lebih esklusif dan beda dari kedua yang lain itu adalah dalam hal Antonim. Kalau ada Open House pasti ada Close House.Meski close house jarang dipakai, tapi tidak berarti tidak dipakai dalam praktek. Open House kalau diarti instantkan berarti buka pintu rumah atau terbuka untuk umum atau lebih spesifiknya rakyat yang tidak punya kedudukan dalam sistem kepemimpinan dari tuan open house tersebut, boleh masuk tanpa protokoler ketat.

Jadi, kalau begitu pengertiannya berarti selama ini kediaman pemimpin atau pejabat selalu closed dan baru  open kalau lebaran tiba yang hanya dua kali dalam setahun ?. Bukankah pemimpin harus selalu bersilaturahmi dengan yang dipimpinnya ?. Bukankah kediaman pimpinan harus selalu terbuka untuk menyatakan keluh-kesahnya, disamping jalur birokrasi yang terkadang berbelit-belit yang kemudian berakhir tak jelas?.

Dan memang pantaskah house terbuka hanya dua kali setahun supaya rakyat diberi kesan takjub kagum dan haru bertemu pemimpinnya yang jarang diketemui.....dan yang paling penting adalah Ampaunya setidaknya bisa merasai makanan yang disediakan Tuan Open House. Bukan lagi Silaturahni dalam batasan: "Akulah pemimpin yang selalu siap membantu setiap kesulitanmu", dan "Akulah rakyat yang senangtiasa selalu berterimakasih atas segala perlindungan dan tanggungjawabmu".

Mungkinkah Open House tidak hanya pada saat datangnnya IED, tapi juga pada saat Natal, 1 Muharram, tahun baru Saka, Waisak, atau Imlek, atau kalau perlu setiap Sabtu dan Ahad tanpa protokoler ketat, supaya lebih mengenal dan dikenal para rakyatnya dan tanpa embel-embel ampau!. Di zizylain itu sangat riskan dan memudahkan kemungkinan ada orang yang ingin berbuat tidak terfuji bagi Tuan Open House atau tindakan-tindakan yang hanya sekadar memanfaatkan situasi. Mereka juga tidak boleh dipaksa meladeni setiap keinginan rakyat, karena tugas dan tanggungjawab mereka tidak sesederhana orang kebanyakan, mereka juga banyak yang perlu dipikirkan dan perlu istirahat.

Meskipun begitu Tuan Open House telah menunjukkan kepedulian kepada banyak orang, banyak pihak dalam wujud lain meski hanya Tuhan yang dapat menilainya dengan adil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar