Selasa, 30 September 2014

Anas benar Mr. A-nya Ramadhan Pohan?


Beberapa tahun yang lalu, 2011, dan beberapa bulan setelah Anas Urbaningrum terpilih jadi ketua umum Partai Demokrat, Ramadhan Pohan sentimentil mengatakan kalau ada orang yg ingin menghancurkan Partai Demokrat dari dalam.Bukan hanya ingin menggoyang. Dia adalah Mr.A.
Karena tidak merinci siapa Si Mr.A, membuat banyak pihak berspekulasi tentang sosok misterius itu. Akbar Tanjung?, Amin Rais?,Aburizal Bahri? ataukah mungkin Anas Urbaningrum
sendiri?.

Lebih langjut orang penting Partai berlambang mercy biru itu mengatakan kalau Mr.A adalah orang lama tapi baru dan orang dalam yg disusupkan dari luar.
Misteri tentang Mr. misterius itu kembali diingat setelah Anas Urbaningrum  ditetapkan tersangka, ditahan dan diputus hukuman 8 tahun penjara oleh pengadilan.

Benarkah Mr. A itu adalah Anas Urbaningrum?

  • Bukankah dia baru masuk politik formal setelah terpilih jadi anggota DPR RI. Dia sudah lama terlibat beberapa aksi dan moment penting menjelang tumbangnya Orde Baru. Terus dia disusupkan siapa dan kelompok mana?Partai Golkar dan Partai Amanat Rakyat paling aktif membela diri, soalnya sahabat Anas banyak dipartai itu dan juga lebih sepaham dengan Amin Rais.




    Apa pula indikasi yg membuat Ramadhan Pohan sesumbar tentang Mr. A yg sekaligus Anas tersirat. Apa sudah mengetahui penyelewengan Anas sebelum pengadilan menjadikannya tersangka. Atau dia sudah dapat informasi dari penyelidik lembaga anti korupsi kalau Anas tidak bisa lagi menghindar dari bukti-bukti yg ada. Apa Dia dan cum suitnya tidak puas Anas terpilih jadi ketua umum bukan calon lain yg didukungnya?

    Ramadhan Pohan seorang mantan jurnalis dan juga politikus yg mungkin tetap membuat Mr.A itu misteri.

    Minggu, 28 September 2014

    Voting RUU PILKADA, kalah siapa?

    Voting RUU Pilkada yg memutus pemilihan Kepala Daerah dikembalikan ke DPRD, meninggalkan pro dan kontra. Yang kontra menyebutnya mundurnya demokrasi dan yg pro mengatakan kembalinya demokrasi pacasila(permusyawaratan). Yang satu menuduh DPRD jadi sarang korupsi dan nepotisme yg lain mengklaim meminimal bentrok antar pendukung. Dan lucunya masing-masing pihak menklaim atas nam rakyat. 
    Bukankah kalau ada satu yg  benar pasti yg lainnya salah, tidak mungkin dua-duanya benar pun sebaliknya.

    Pihak satu menuduh, arah RUU itu untuk menjegal pemerintahan dan koalisinya karena sebelumnya ada beberapa partai yg ingin pilkada langsung tapi kalah dalam pemilu kini berbalik memilih pilkada lewat DPRD karena secara administratif anggotanya lebih banyak.
    Pihak kontra RUUD Pilkada yg tergabung dalam koalisi pemerintahan Tahun 2014-2019, hematnya, bisa menang dalam voting melawan Pro yg tergabung dalam koalisi merah putih seandainya intensifnya dan cantiknya komunikasi dgn yg pro. Apa mungking karena mereka angkuh atas kemenangan pemilu dan tak mau nego alagi kalau sdh menyinggung soal kedudukan dalam pemerintahan(bagi upah hasil kerja bersama siapa). Atau sudah merasa yakin menang voting setelah orang-orang penting PDIP yakin beberapa anggoa koalisi merah putih (PPP-PAN-GOLKAR-GOLKAR-bahkan DEMOKRAT) mendekat. 

    Apalagi Presiden terpilih, Jokowi, dgn yakin kalau PPP sdh 80% ?. Ditambah lagi mimpi kalau Partai Demokrat setuju Pilkada Langsung dgn 10 syaratnya.

    Tapi ada daya koalisi pemerintah harus gigit jari setelah kalah suara. Partai Demokrat dan Presiden SBYpun jadi pelampiasan kekecewaan mereka terutama dari PDIP.
    Hematnya kalau koalisi pemerintah mau bermain 'cantik', karena suasana sidang sulit ditebak kecuali kalau mereka selalu dibuai mimpi menang voting, saat Partai Demokrat Memutus walkout akibat tuntutannya tidak diakomodir, ramai-ramai saja walkout supaya hasil sidang tidak korum. Baru kemudian memikirkan strategi lain menang voting.
    Bukan tak mungkin koalisi pemerintah tak memikir itu. Disana banyak pakar politik dan ahli strategi. Kecuali terbuai mimpi menang atau jangan-jangan sekadar siasat karena sebenarnya mereka juga setengah-setengah pada pilkada langsung yg hasilnya...? Hanya demi banyak pendukung yg mengatasnamakan rakyat dan juga ada tema PRO RAKYAT . lumayan rakyat versus koalisi kalah pemilu .

    Duh politik memang sulit ditebak arah dan maunya apalagi sdh menyangkut kepentingan kelompok.

    Masing-masing pihak yg berkomplik bertindak selalu membawa-bawa kata atas nama rakyat! Rakyat yang mana itu ? Padahal kalau ada kepentingan rakyat seperti bbm yg tinggi, pemerintah selalu berdalih demi menyelamatkan anggaran negara.