Minggu, 02 November 2014

Asyura waktu Mappassagena

Seorang tanteku mengadakan acara kecil-kecilan. Syukuran atas launcing sebuah cape mini untuk anaknya di depan rumahnya. Dipilihnya hari yg menurutnya istimewa dan diharap membawa hoki, yaitu tgl 10 Muharram atau hari Asyura.

Hari Asyura bagi kebanyakan masyarakat Bugis khususnya masyarakat Belawa, sebuah kecamatan di kabupaten Wajo Sulawesi Selatan, dikenal dengan hari Mappassagena atau hari berlapang pangan, berlapang hati.

Hari Mappassagena di mana sebisanya orang memberi sedekah utamanya sedekah pangan kepada yg lain. Kepada anak-anak dibagikan makanan setidaknya permen. Hampir sama dgn hari hallowen di negeri Barat, tapi tidak dgn trick or treak. Ibu-ibu membeli peralatan dapur yg masih ada hubungannya dgn makanan, saking ramainya, dahulu ada pasar dadakan khusus hari Asyura.

Kembali ke syukuran tante.
Aku memilih tidak hadir dan bersantap   ramai Tidak enak ada pesta makan tapi memilih puasa sunnah.

Saya sendiri merasa dilema atau mungkin galau soal pesta makan dan puasa di hari Asyura. Dikatakan orang-orang pintar. Pintar dari sebelah mana dan dorongan pikir dan hati mana. Asyura adalah hari berbagi?, hari berlapang makanan?; hari berpuasa juga?.

Untuk puasa sendiri, disunnahkan pada hari kesepuluh Muharram pada perhitungan komariah. Yg jadi masalah, hari kesepuluh itu pada saat mana? Ikut perhitungan mana?, perhitungan pemerintah?, Muhammadiyah, atau kelompok masyarakat Islam mana lagi?. Yg pastinya tidak mungkin satu tanggal untuk dua atau tiga hari berbeda.

Dalam banyak hal kita harus belajar lalu berikhtiar supaya terhindar dari biddah.