Jumat, 07 Mei 2010

Akhirnya SRI MULYANI NON AKTIF juga.

Pengankatan Sri Mulyani sebagai Direktur Pelaksana Harian Bank Dunia, disaat hampir bersamaan pengajuan pengunduran dirinya sebagai Menkeu yang kemudian langsung disetujui Susilo Banbang Yudoyono, oleh Kwik Kian Gie dinilai tidak wajar. Bagaimana tidak disaat kasus Bank Centuri belum jelas.

Bagi pemerintah (SBY) adalah moment yang tepat untuk menonaktifkan Sri Mulyani dari sorotan publik yang oleh lawan politiknya dijadikan sebagai salah satu 'duri didagin' pemerintah. Persetujuan pengunduran diri Sri Mulyani merupakan upaya pencitraan SBY yang selalu mempertimbangkan soal dari berbagai zizy meski terkesan lamban.

Dengan begitu kurang kesan lagi kalau penonaktifan Sri Mulyani sebagai reaksi desakan lawan polik SBY, terlepas dari benar salahnya keputusan bail uot BC yang dimasalahkan itu.

Pengankatan Sri Mulyani sebagai pejabat bergensi perekonomian dunia dan persetujuan pegunduran dirinya oleh Presiden SBY tidaklah serta merta pemerintah terlepas dari beban. Lawan politiknya setidaknya pihak-pihak yang tidak senang ataukan pihak yang menunggu hasil pancingan di air keruh diam begitu saja. Pasti akan mencari cara lain untuk mempertahankan apa yang selama ini dilakukan adalah benar dan simbol perlawanan atas ketidakadilan yang berkuasa.

Lawan politik pemerintah akan terus meminta pertanggungawaban Sri mulyani dan Budiono. Berusaha menghalangi Sri Mulyani meninggalkan Negara Indonesia ke kantor barunya, Washinton DC, Amerika Serikat. sampai putusan hukum kasus BC mendapat putusan tetap. Akan lebih menambah citra Sri Mulyani sebagai kaki tangan Neolib yang nota bene Bank Dunia adalah marcusuar liberalisme dunia.

Tidak tertutup kemunkinan kecurigaan Kwik Kian Gie akan menjadi blunder yang membuat Pemerintahan SBY semakin melemah. Kalau memang tidak ada apa dibalik itu, kenapa SBY tidak tetap mempertahankan Sri Mulyani sebagai Menkeu yang punya prentasi mendunia, apa benar SBY kini sadar kalau bail out BC memang tidak tepat, tapi demi menjaga citra lalu beralasan kalau Bank Dunia membutuhkan Sri Mulyani, apa Bank Dunia lebih penting daripada Indonesia yang membutuhkan profesional seperti Sri Mulyani?. Apa munkin Bank Dunia punya maksud lain dari keputusan pengankatan Sri Mulyani? munkin ada agenda lain mengenai utang Indonesia?.

Akhirnya hanya tinggal pertanyaan yang menunggu jawaban yang pasti selalu menimbulkan pertanyaan baru, karena inilah zizylain dari kehidupan bermasyarakat yang majemuk seperti Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar