ZIZYLAIN
Sekadar persepsi rasa dan khayal yang sungguh relatif subjektif, dan kiranya ada hikmah.
Sabtu, 21 Februari 2015
DIA SEUTUHNYA
Jumat, 13 Februari 2015
VALENTINE TLAH TIBA
Minggu, 11 Januari 2015
CHARLIE HEBDO DAN TERORIS
Miris melihat peristiwa berdarah di Perancis beberapa hari terakhir. Betapa tidak, tiga kejadian dramatis memilukan sekaligus memalukan hampir bersamaan. Penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo, penyandaraan toko milik seorang Yahudi dan penyanderaan di salah-satu toko perhiasaan.
Dua kejadian pertama sangat sensitif bagi dunia Islam dan Barat. Karena pelakunya beragama Islam. Meski Presiden Francis mencoba mereda Ketegangan dengan pernyataannya kalau peristiwa itu tidak ada hubungannya dengan Agama Islam, tapi opini publik terlanjur tergiring Apalagi majalah itu pernah menyulut amarah Umat Islam dengan kariakatur Nabi Muhammad.
Simpati dan dukungan dunia terus mengalir untuk Charlie Hebdo berbanding lurus kecaman dan kutukan untuk pelaku serta ideologinya.
Siapa salah, siapa benar. Masing- masing mengklaim diri benar dan yang lain salah. Masing-masing punya pola pikir dan jalan hidup yang diyakini paling baik dan paling benar. Mengagumi Hak Asasi menurut versi masing-masing. Masing-nasing menghakimi dengan caranya sendiri tapi tidak mau dihakimi.
Masing-masing tidak ada yang berani dengan kesadaran penuh mengatakan bahwa dirinya juga sebenarnya mencoba memaksakan kehendak kepada yang lain.
Dikala media Barat yg menjunjung tinggi kebebasan membuat karikatur yang dinilai menghinakan tokoh yang dimuliakan pihak lain kemudian ada pembalasan dgn cara berbeda lalu dicap sebagai tindakan teror maka makna keadilan akan menjadi misteri.
Ada banyak literatur tentang teror dan teroris. Ada teror fisik dan mental. Barat yang intelek dan maju tanpa sadar meneror secara mental lewat iptek dan media sedangkan yang lain meneror dgn fisik karena belum siap dengan medi dan iptek. Barat dgn mudah menghakimi lawan-lawannya lewat opini publik. AlQaedah yang oleh Barat disegeli sebagai kelompok teroris, dan petingginya mengatakan bahwa kalau definisi teroris adalah kelompok yang membela hak-hak kemanusiaan dan hak beragama kami maka benarlah kami ini teroris.
Kalau mau berfikir sederhana dan tak mau melebarkan setiap masalah, ya jangan membuat pihak lain tersinggung. Kalau mereka tidak suka agama dan Nabinya diusik-usik tak usah disinggung. Ini sepertinya kaset lama terus diputar diulang-ulang dan selalu motifnya sama. media barat juga tidak mau berhenti membahas nabi umat islam dari sisi negatif dan langsung bisa ditebak kalau pasti ada reaksi. Sebodoh-bodonya orang islam kalau agama dan nabinya dijelek-jelekkan pasti akan membalas.
Atau boleh jadi ada motif lain dari peristiwa di Perancis kali ini. Presiden Perancis sudah mengatakan tidak ada hubungannya dengan agama Islam?, ada hubungan teroris majalah CharlieHebdo dengan pelaku penyanderaan toko milik seorang Yahudi, hampir bersamaan ada penyanderaan toko perhiasan. Pelaku ada hubungan setidaknya pernah berhubungan kelompok islan radikal yang lepas dari pantauan dinas rahasia dunia seperti cia mossad atau m16. Akan ada apa di Francis sebentar lagi yang ada sangkutpauntnya dengan Islam? Akan ada apalagi di Timur Tengah?.
Wait and see!.
Minggu, 02 November 2014
Asyura waktu Mappassagena
Aku memilih tidak hadir dan bersantap ramai Tidak enak ada pesta makan tapi memilih puasa sunnah.
Sabtu, 04 Oktober 2014
Nazar Nabi Ibrahim
Jumat, 03 Oktober 2014
PERPU PILKADA, SBY maju kena mundur kena
Selasa, 30 September 2014
Anas benar Mr. A-nya Ramadhan Pohan?
Beberapa tahun yang lalu, 2011, dan beberapa bulan setelah Anas Urbaningrum terpilih jadi ketua umum Partai Demokrat, Ramadhan Pohan sentimentil mengatakan kalau ada orang yg ingin menghancurkan Partai Demokrat dari dalam.Bukan hanya ingin menggoyang. Dia adalah Mr.A.
Minggu, 28 September 2014
Voting RUU PILKADA, kalah siapa?
Rabu, 27 Agustus 2014
HABIS AL QAEDAH TERBITLAH ISIS
Jumat, 04 Juli 2014
PEMILU, Idealism dan lucu-lucuan ?
Dari kesekian kalinya pemilu presiden diadakan di Indonesia, mungkin tahun 2014 adalah yang sedikit aneh dan menggelikan. Media kampanye beragam, adu Kreasi kampanye vulgar negatif sampai black. Benar-benar memberi nuansa berbeda dari sisi lainnya.
Berbeda media kampanye, berbeda cara berfikir dan sebagainya. Atau bisa dikatakan pengembangan dari kreatifitas kampanye yang lalu-lalu. Termasuk perilaku peserta dan atau pendukung masing- masing.
Politisi atau Seleberity tingkat tinggi sedikit banyak menampakkan cermin diri dan cara berpikirnya. Lebih menegaskan integritasnya atau membingungkan. Idealiskah, memosisikan beda dari yg lain, galau, kecewa, atau mungkin sekadar lucu-lucuan ?. Hanya dirinyalah yg tahu siapa dan apa maunya.
Betapa tidak Hary Tanoe berpindah dari Partai Nasdem ke Hanura, kabarnya di Nasden tak dapat posisi bagus dibanding di Hanura yg langsung diusung jadi cawapres ketum, Wiranto. Tragisnya dipecat ataukah mengundurkan diri setelah gagal memenuhi target pileg. Eh tau-tau secara pribadi gabung pengusung capres Prabowo. Keputusan politik HT karena idealisnya, kecewa, atau memosisikan diri sebagai teman dari rival politik Prabowo ?.
Hampir mirip dengan FajrulRahman. Dari pertama tak setuju Jk digadang-gadang calon presiden dan atau wapres. Tapi permantap diri berpihak pada Jokowi setelah musuh bebuyutannya ada di pihak lawan Jokowi. Ada Pks, ada Fahri Hamzah, Tipatul Sembiring dan sebagainya. Apalagi Prabowo dekat dgn keluarga mantan presiden Suharto yg pernah memenjarahnya, lebih lagi kalau Prabowo akan mengangkat Suharto jadi pahlawan nasional bila terpilih jadi presiden. Dan hal itulah yg otomatis mengecilkan nilai aktifitasnya di masa orde baru.
Selanjutnya ada Prof. Mahfud MD dan Rhoma Irama yg lalu berseberangan dengan Muhaimin Iskandar. Mereka dan pendukung masing-masing berharap dicapres atau cawapreskan, malah JK yg diusulkan jadi cawapres Jokowi oleh Muhaimin. Padahal Jk tidak berkeringat untuk Partai K Bangsa dibanding Mahfud atau Rhoma Irama yg dinilai punya efek positif bagi partai.
Ada lagi pengacara, Farhat Abas yg fenomenal di sosial media. Dari pertamanya dukung Prabowo yg dinilai tegas, kemudian berpindah kepada Jokowi-JK. Apa karena di Prabowo ada Ahmad Dani ?
Ada lagi, sebagian orang tak habis pikir. Jusuf Kalla, yg beberapa bulan sebelumnya, tidak suka kalau Jokowi dicapreskan. Jk pernah sesumbar mengatakan 'bangsa akan bahaya kalau Jk jadi presiden'. Setelah dicawapreskan PDIP, kata-katanya diingatkan lagi. Bukan Jk kalau tidak bisa ngeles. ' itu dulu sebelum kinerja jk belum nampak', balasnya.
Saat pemilu tahun 2009, dimana ia capres mengatakan kalau dirinya tidak terpilih maka ia akan pulang kampung (makassar?). Lagi-lagi punya jawaban kalau Indonesia juga kampungnya. Beliau ibarat punya segudang senjata yg dapat membahayakan dirinya sendiri.
Ada Anies Baswedan sekarang dari tim pemenangan Jokowi-Jk. Dulu pernah mengeritik blusukan Jk sebagai gaya pencitraan. Setelah Jk terpilih cawapres, ia kemudian merapat ke Kubu Jokowi-Jk. Apa ada hubungannya saat JK capres Tahun 2009 dimana JK dalam debat, bahwa Anies pantas memegang salah satu posisi penting dalam pemerintahannya bila terpilih.
Prof. Amin Rais, dulu tak terlalu suka Prabowo dari kasus Ham Tahun 1998, Kini ada dipihak Prabowo. Apa karena ada 'anak emasnya' Hatta Rajasa?.
Dan banyak lagi penampakan yg ironis dalam perpolitikan dimanapun dibelahan bumi, apalagi Indonesia yg baru berdemokrasi kalau tak mau dikatakan baru mendefenisikan yg namanya demokrasi.
Tapi itulah politik tidak bisa prediksi bahkan dikhayalkan. Politik ibarat asap yg terbang kemana arah angin menuju.
Tak ada yang boleh menyalahkan siapa. Tak ada yg berhak memaksa orang lain sependapat ataukah seniat dengan yg lain.
Selasa, 03 Juni 2014
PEMILU DAN SKSD
Berita yg dirilis kompas online menjelang kampanye capres/cawapres sempat memprovokasi pikiranku. Bagaimana tidak hanya gara-gara capresnya direndahkan 2 tukang becak di jawa timur bertengkar lalu berakhir pemukulan.
Menjelang pemilu entah presiden' legislatif atau pilkada sampai pemerintahan paling rendah, pendukung masing-masing calon pada kasak kusuk. Mereka seperti SKSD alias sok kenal sok dekat.
Masing-masing merasa paling dekat dan paling kenal dengan jagoannya.
Saya sanksi mereka yg banyak bicara tentang keunggulan jagoannya memang betul-betul tahu kenal. Bahkan sebagian besar dari mereka belum pernah bertemu calonnya. Mereka sekadar tahu dari info media pers dan lalu memercayainya bulat-bulat.
Mereka mungkin tidak merasa kalau sebagian besar pers ikut arus berpolitik meski skala kecil-kecilan untuk survive.
Apa mereka, mania calon, tidak merasa saatnya calon mereka 'promo' harapan, supaya dagangannya laku.
Lucunya kalau ada pedagang mengatakan" belilah daganganku tapi jeleknya....?.